Tafsir Surah Al-Fatihah ayat 2




Segala[1] puji[2] bagi Allah, Rab[3] semesta alam[4],


[1] Dalam bahasa Arab al itu lebih kurang sama artinya dengan kata “the” dalam bahasa Inggris. Kata al dipergunakan untuk menunjukan keluasaan yang berarti meliputi semua segi atau jenis sesuatu pokok, atau untuk melukiskan kesempurnaan serta keluasaan yang meliputi semua tingkat dan derajat. Al dipakai juga untuk menyatakan sesuatu yang telah disebut atau suatu pengertian atau juga konsep yang ada dalam pikiran.


[2] Dalam bahasa Arab ada dua kata yang dipakai dalam arti pujian atau syukur, yaitu kata madah dan hamd. Hanya saja jika kata madah mungkin ucapan syukur yang penuh kepalsuan, sedangkan hamd ucapan rasa syukur yang senantiasa benar dan murni dari hati. Madah dapat dipakai mengenai perbuatan baik yang tidak dikuasai pelakunya. Tetapi hamd adalah kata yang hanya dipakai mengenai perbuatan yang dilakukan dengan kerelaan hati dan dengan kemauan sendiri (Mufradat). Hamd juga mengandung arti pengaguman, penyanjungan, dan penghormatan terhadap yang dipuji tersebut dengan iringan rasa kerendahan, kehinaan serta kepatuhan orang yang memujinya (Lane). Jadi hamd itu kata yang paling tepat digunakan untuk menyanjung dan memuji kemuliaan Tuhan. Menurut kebiasaan, kata hamd akhirnya hanya khusus ditujukan kepada Tuhan.

[3] Kata kerja Rabba berarti, ia mengelola urusan itu; ia memperbanyak, mengembangkan, memperbaiki, dan melengkapkan urusan tersebut; serta ia menjaga dan memelihara. Jadi Rab berarti :
1.    Tuhan, Yang Dipertuan, Yang Menciptakan
2.    Wujud Yang Memelihara dan Mengembangkan
3.    Wujud Yang Menyempurnakan dengan cara setingkat demi setingkat (Mufradat dan Lane).
Dan jika rab dirangkaikan dengan kata yang lain (tidak berdiri sendiri), maka kata itu dapat dipakai untuk orang atau wujud selain Tuhan.

[4] Al-‘alamin itu jamak dari al-‘alam berasal dari akar kata ‘ilim yang berarti “mengetahui”. Kata itu bukan saja telah dikenakan kepada semua wujud atau benda yang dengan sarana itu orang dapat mengetahui Sang Pencipta (Aqrab). Kata itu dikenakan bukan saja kepada segala macam wujud atau benda yang dijadikan, tetapi pula kepada golongan-golongannya secara kolektif sehingga orang berkata ‘alamul-ins (alam manusia) atau alamul-hayawan (alam binatang). Kata al-‘alamin tidak hanya dipakai untuk menyebut wujud-wujud berakal, seperti manusia dan malaikat saja, akan tetapi kepada semua benda yang diciptakan-Nya. Lihat al-Quran surah 26: 24-29 dan 41: 10. Meski tentu saja kata tersebut kadang-kadang dipakai dalam arti yang terbatas ( 2: 123). Al-‘alamin dalam surah ini digunakan dalam arti yang seluas-luasnya dan mengandung arti “segala sesuatu yang ada selain Allah” termasuk benda-benda berjiwa dan tidak berjiwa yang mencangkup juga benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang dan sebagainya.

      Ungkapan "Segala puji bagi Allah" adalah lebih luas dan lebih mendalam artinya daripada "Aku memuji Allah", sebab manusia hanya dapat memuji Tuhan menurut pengetahuannya, akan tetapi anak kalimat "Segala Puji bagi Allah" meliputi bukan saja pujian-pujian yang diketahui manusia tetapi pujian-pujian setiap waktu, terlepas dari pengetahuan atau kesadaran manusia yang tidak sempurna. Tambahan pula, kata al-hamd itu masdar dan karena itu dapat diartikan kedua-duanya, sebagai pokok kalimat atau sebagai tujuan kalimat. Diartikan sebagai pokok kalimat, Al-hamdu lillahi berarti hanyalah Tuhan berhak memberikan pujian sejati. Diartikan sebagai tujuan kalimat, Al-hamdu lillahi berarti bahwa segala pujian sejati dan tiap-tiap macam pujian yang sempurna hanya layak bagi Tuhan semata-mata.      Ayat ini menunjukan kepada hukum evolusi di dunia, artinya bahwa segala sesuatu mengalami perkembangan dan bahwa perkembangan itu terus menerus--dan terlaksana secara bertahap. Rabb itu Wujud Yang membuat segala sesuatu tumbuh dan berkembang setingkat demi setingkat. 

Ayat itu menjelaskan pula bahwa prinsip evolusi itu tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Tetapi proses evolusi yang disebut di sini tidak sama dengan teori evolusi seperti biasanya diartikan. Kata-kata itu dipergunakan dalam arti umum. Selanjutnya ayat ini menunjuk kepada kanyataan bahwa manusia dijadikan untuk kemajuan tak terbatas, sebab ungkapan Rabbul-'alamin itu mengandung arti bahwa Tuhan mengembangkan segala sesuatu dari tingkatan rendah kepada yang lebih tinggi dan hal itu hanya mungkin jika tiap-tiap tingkatan tersebut diikuti oleh tingkatan lain dalam proses yang tiada henti-hentinya. (Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad)

3 komentar: